Terkadang kita lupa, apa saja yang telah kita lakukan selama kita hidup di dunia ini. Seberapa besar amal yang sudah kita perbuat, seberapa besar dosa yang pernah kita lakukan. Kita pun lupa, sebagai seorang anak apakah kita sudah berbakti pada orang tua ? Apakah kita sudah membahagiakan orang tua kita ? Kita yang sudah semakin beranjak dewasa malah sibuk sendiri dengan Hp, pacar, game, dll. Sadarkah kita bahwa kita selalu menuntut orang tua. Ada sebuah kisah tentang pohon apel dan seorang anak kecil. Kisah ini aku baca dari sebuah buku dan ku tulis lagi menurut versiku, tapi aku lupa judul buku itu. Untuk yang menulis dan menerbitkan buku ini, saya mohon ijin untuk menunjukkan tulisan ini untuk para blogger.
# KISAH POHON APEL DAN SEORANG ANAK KECIL #
Suatu ketika, tumbuh pohon apel yang sangat subur di halaman belakang rumah. Setiap hari ada anak yang memanjat pohon tersebut. Sebut saja si Amir. Ia sering memanjat pohon itu, bermain – main, memakan buah dari pohon itu, tak jarang ia hanya sekedar duduk di bawah pohon yang rindang itu.
Kini si Amir sudah tumbuh menjadi remaja. Ia pun jarang mengunjungi pohon apel lagi. Pohon apel sedih, ia merasa kesepian. Lalu suatu hari si Amir berkunjung, pohon apel itu merasa senang. Ia berkata, ” Hai, Amir…Ayo kita bermain. Sudah lama kamu tidak bermain denganku…” Lalu si Amir menjawab,” maaf, tidak seharusnya aku bermain denganmu lagi. Aku sudah besar. Sekarang aku ingin membeli Game terbaru tapi aku tidak punya uang.” Pohon apel cukup kecewa dengan jawaban si Amir namun ia tetap sabar. Kemudian pohon apel pun berkata, ” oh,kamu butuh uang…tapi aku tidak punya uang. Bagaimana kalau kamu ambil saja semua buah di pohonku lalu kau jual ke pasar. Uangnya bisa kau belikan game yang kamu inginkan.” Tanpa banyak bicara, Amir pun segera mengambil semua apel yang ada di pohon itu. Lalu ia pun menjualnya ke pasar. Dan ia mendapat uang untuk membeli game itu.
Waktu berlalu, kini si Amir pun telah dewasa dan berumah tangga. Si pohon apel pun kini telah semakin menua, ia sudah jarang berbuah. Di masa tuanya ia merasa sedih karena si Amir sudah tidak pernah mendatanginya lagi. Namun suatu hari si Amir datang dan tentu saja pohon apel bahagia. “Ayo, bermainlah kau disini.” ajak si pohon apel. “ah, tidak…aku sudah tidak pantas untuk bermain-main lagi. Sekarang aku ingin membuat rumah tapi aku tak punya uang untuk membeli atap.” keluh si Amir. “Oo,begitu ya…apa yang bisa aku bantu? Ah, ini ambillah ranting-rantingku. Aku harap ini dapat digunakan untuk atap.” Amir pun bergegas mengambil semua ranting pohon itu. Setelah itu bertahun-tahun Amir tidak lagi mendatangi pohon itu. Si pohon semakin tua, ia sudah tidak dapat berbuah lagi. Daunnya pun sudah tak serimbun dulu. Begitu juga dengan Amir, kini ia sudah tua.
Suatu sore terlihat si Amir merenung di bawah pohon apel itu. “Hai, kenapa kamu murung…lebih baik kamu bermain denganku.” hibur si pohon. “Maaf, aku sudah terlalu tua untuk melakukan itu.” jawab si Amir. “Lalu apa yang bisa membuatmu tidak murung seperti itu ?” tanya si pohon. “Aku ingin berlayar tapi aku tidak punya kapal.” Si pohon terdiam sejenak lalu berkata,” Ini ambillah batang pohonku. buatlah kapal dan bersenang-senanglah sepuas-puasnya.” Si Amir pun bergegas menebang pohon itu dan membuatnya sebagai kapal.
Keesokan harinya si Amir datang lagi ke pohon apel yang kini tinggal akar-akar tua. “Mau apa kau ke sini ? aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Buahku telah kau jual, rantingkku telah kau ambil untuk atap rumah dan batangkku telah kau ambil untuk membuat kapal, kini tinggal akar yang sudah kering yang tidak ada gunanya lagi.” Ucap si pohon apel. “Tidak, aku hanya ingin beristirahat. Aku merasa sangat lelah dan ku rasa akarmu yang besar ini dapat ku manfaatkan. Boleh aku bersandar padamu ?” tanya si Amir. “oh, jika akar tua ini masih berguna untukmu, dengan senang hati. Silahkan bersandar di sini?” Jawab si pohon.
Nah, dari kisah di atas dapat di ibaratkan pohon apel itu adalah orang tua kita dan si Amir adalah kita, para anak. Pohon apel rela memberikan semua yang ia punya untuk si Amir. Begitu juga dengan orang tua kita. Mereka rela memberi apapun yang ia miliki untuk kita namun kita sebagai anak kadang lupa akan kasih sayang mereka. Kita hanya bisa menuntut tanpa memikirkan mereka. Kasih sayang orang tua melebihi luasnya samudera. Maka kita pun harus patuh pada mereka. Kapan lagi kita berbakti pada orang tua kalau bukan sekarang ? Sebelum kalian menyesali kepergian mereka.
Oke guys…sayangi orang tua kalian. Berbaktilah pada mereka…
Sekian tulisanku ini…maaf ya jika ada kalimat yang kurang berkenan…
Terima kasih…